Rabu, 11 Maret 2009

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN TULISAN ARAB MELAYU Di NUSANTARA

MAKALAH

TEKS KLASIK

Tentang

SEJARAH PERKEMBANGAN TULISAN ARAB MELAYU Di NUSANTARA

Oleh

Nurfitria dewi 107.042

Desi Mila 107.049

Mirza Erwan Kaflis 107.053

Nurhayati 107.058

Wahidatul Husna 107.064

Dosen Pembimbing

Muhapril

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SKI)

FAKULTAS ILMU BUDAYA ADAB (FIBA)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

IMAM BONJOL PADANG

1429 H / 2008 M




BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Disamping bahasa, Tulisan merupakan sebuah alat komunikasi manusia dari zaman dahulu sampai sekarang ini. Setiap kelompok manusia pada umumnya memeliki aksara sendiri. Tulisan yang ada pada zaman sekarang ini berasal dari rumpun tulisan

Keberadaan tulisan dalam masyarakat sangat berperan penting. Dengan tulisan ini, manusia mampu berkomunikasi meski memakan jarak yang cukup jauh. Di nusantara tulisan yang berkembang ialah tulisan arab melayu. Tulisan arab melayu adalah tulisan Arab yang diadaptasikan oleh bahasa Melayu untuk pengejaannya seperti yang kita pahami sekarang ini. Artinya huruf yang dipakai adalah huruf-huruf Arab dengan bahasa Melayu, atau dengan ejaan Melayu. Di tempat lain tulisan Melayu ini disebut dengan Arab Jawi atau sejenisnya.

Indonesia memiliki beraneka ragam bahasa daerah, masing-masing memiliki aturan penulisan sendiri menggunakan aksara tradisionalnya yang khas. Apresiasi terhadap berbagai aksara tradisional ini masih tampak misalnya dari mata pelajaran bahasa daerah di tiap daerah. Penggunaan aksara-aksara tradisional ini di berbagai sudut kota juga merupakan bukti bahwa, walaupun aksara ini telah hampir sepenuhnya tergantikan oleh aksara latin, sebenarnya bangsa kita masih cinta dan bangga atas kekayaan negeri kita yang satu ini.

  1. Rumusan Masalah

Ada bebarapa tema yang pemakalah angkat pada BAB II, diantaranya :

Ø Bagaimana Awal perkembangan tulisan arab melayu ?

Ø Bagaimana Tulisan arab melayu pada abad pertengahan ?

Ø Bagaimana keberadaan Tulisan arab melayu pada abad modern ?

  1. Tujuan Makalah

Makalah yang penulis buat ini bertujuan sebagai :

Ø Bahan perkuliahan bagi rekan-rekan yang ingin mempelajarinya.

Ø Paparan dari perkembangan tulisan arab melau dari awal terbentuknya sampai pada zaman modern ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. AWAL KEBERADAAN TULISAN ARAB MELAYU

Tulisan Jawi telah lama ada dalam khasanah kebudayaan melayu yang diperkirakan sekitar abad ke 10 Masehi atau 3 Hijrah hingga kemasa kini dan ia berasal daripada tulisan Arab[1]. Tulisan inilah yang membangun kebudayaan melayu dan tulisan ini jugalah yang kemudian mengantarkan menuju bahasa Melayu yang kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia setelah dikokohkan oleh para pemuda Indonesia dalam sumpah pemuda. Keberadaan tulisan arab melayu di Nusantara identik dengan penyebaran islam ke daerah melayu.

Masa sejak awal abad ke-13 M sampai penghujung abad ke-15 M dalam khazanah kesusastraan melayu disebut masa peralihan,yaitu masa peralihan dari peradaban Hindu ke peradaban Islam. Dengan masuknya peradaban Islam,orang melayu mulai mengenal tradisi tulis. Sebelumnya, mereka hanya memiliki tradisi lisan. Aksara Jawi sudah wujud dan digunakan di wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaya jauh sebelum orang/pulau Jawa memeluk agama Islam (883 H/1468 M).

Bukti historis bahwa adanya tulisan jawi dalam kebudayaan Melayu lama dapat dilihat pada bahan-bahan bertulis seperti : batu bersurat, manuskrip lama, kertas lama, majalah, batu nisan, bahan-bahan yang dibuat daripada logam, kulit, alat senjata , batu lontar, tembikar dan sejenisnya, ukiran-ukiran pada masjid, rumah, dan istana, azimat, rajah atau penangkal.

Penemuan pertama batu nisan yang tertulis dalam bahasa Arab di Sumatera bertarikh 55 Hijrah atau setara dengan 674 M. Selain itu juga ditemukan di Kedah bertarikh 290 Hijrah. Kedua hal ini jelas telah menunjukkan bahwa tulisan Jawi berasal dari orang Arab yang kemudian telah disesuaikan dengan menambahkan beberapa huruf tambahan kepada huruf Arab untuk menyesuaikannya dengan gaya bahasa orang Melayu. Penambahan ini lebih kepada melengkapi ejaan yang tidak ada dalam bahasa Arab tetapi ditemui dalam bahasa Melayu.[2]

Manuskrip Islam tertua di kepulauan Nusantara ditemukan di Terengganu, Malaysia. Manuskrip ini bernama Batu Bersurat yang dibuat tahun 1303 (abad 14). Tulisan ini menyatakan tentang penyebaran dan para pemeluk Islam pada saat itu. Manuskrip ini sudah diteliti oleh oleh ahli-ahli Sejarah dan Arkeolog Islam di Malaysia seperti Prof Naquib Alatas dan lainnya, semua menyimpulkan manuskrip ini sebagai yang tertua di Asia Tenggara.

Yang kedua, masih di abad 14, pada tahun 1310, ditemukan syair tentang keislaman yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Jawi di Minya’ Tujoh, Aceh. Karenanya para pakar sepakat bahwa perkembangan karya ulama yang ditulis dengan huruf Jawi sudah berkembang pada Abad 14 pada massa Kekhalifahan Samudra Pasai dan Kekhalifahan Islam lain di Semenanjung Malaka.

B. KEBERADAAN TULISAN ARAB MELAYU PADA ABAD PERTENGAHAN

Tulisan arab melayu pada abad pertengahan merupakan tulisan pemerintahan atau tulisan resmi bagi raja-raja keturunan melayu yang berada di daerah nusantara. Contohnya Sultan pertama Sulu (Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim) yang memerintah tahun 1450 – 1480 adalah berasal dari Sumatra. Sultan ini menikah dengan putri Rajah Baguinda yang berasal dari Minangkabau ('Menangkabaw' dalam istilah di Mindanao). Dalam acara pelamarannya Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim membuat lamaran dengan tulisan arab melayu untuk di sampaikan kepada Rajah Baguinda.

Aksara yang digunakan di Mindanao dan Sulu sebelum datangnya pengaruh kolonial Spanyol adalah dalam huruf Yawi (Arab Melayu). Buku-buku agama ketika itu adalah dalam huruf Yawi, sama halnya dengan tradisi penulisan di Thailand Selatan (Patani) dan juga di kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia masa silam.[3]

Pada usai yang lebih muda pada abad 16–17, di daerah lain juga ditemukan mansukrip seperti, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, Hikayat Aceh, Hikayat Hasanuddin, Babat Tana Jawi, Babad Cirebon, Babat Banten, Carita Purwaka Caruban Nagari. Di Nusa Tenggara ditemukan Syair Kerajaan Bima, Bo’Sangaji Kai Catatan Kerajaan Bima. Dari Maluku ada Hikayat Hitu. Di Sulawesi ada Hikayat Goa, Hikayat Wajo dan lainnya. [4]

Di Aceh, pada abad 16–17 terdapat cukup banyak penulis manuskrip. Misalnya, Hamzah Fansuri, yang dikenal sebagai tokoh sufi ternama pada masanya. Kemudian ada Syekh Nuruddin ar-Raniri alias Syeikh Nuruddin Muhammad ibnu 'Ali ibnu Hasanji ibnu Muhammad Hamid ar-Raniri al-Quraisyi. Ia dikenal sebagai ulama yang juga bertugas menjadi Qadhi al-Malik al-Adil dan Mufti Muaddam di Kesultanan Aceh pada kepemimpinan Sultan Iskandar Tsani abad 16. Salah satu karyanya yang terkenal berjudul ”Bustanul Salatin.” Syeikh Abdul Rauf al-Singkili yang juga ditetapkan sebagai Mufti dan Qadhi Malik al-Adil di Kesultanan Aceh selama periode empat orang ratu, juga banyak menulis naskah-naskah keislaman.

Pada tahun 1812 (sekitar 100 tahun sebelum kajian Shellabear), Marsden telah memperkatakan keberadaan aksara Arab Melayu dalam bukunya A Grammar of the Malayan Language. R.O. Winstedt (1913) juga mengulas tentang system ejaan Arab Melayu dalam bukunya Malay Grammar. Sedangkan di kalangan orang Melayu, Raja Ali Haji diakui sebagai tokoh yang mula-mula sekali memperkatakan system ejaan Arab Melayu seperti yang tercatat dalam bukunya Bustan al-Katibin, diteruskan oleh Muhammad Ibrahim (anak Abdullah Munsyi).

Kontinuitas kultural Jawa tertanam sebagai dasar legitimasi Keraton Palembang. Budayawan Palembang Djohan Hanafiah mencatat, keterkaitan politik ini berakhir setelah Sultan Abdurrahman (1659-1706) memproklamasikan Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1675.

Jeroen Peeters dalam Kaum Tuo Kaum Mudo, Perubahan Religius di Palembang 1821 -1942 (1997) memaparkan, di kalangan keraton, bahasa Jawa kromo (bahasa Jawa halus) menjadi bahasa resmi. Akan tetapi, pemakaian bahasa ini tidak tersebar luas di luar lingkungan Keraton Palembang.

Merujuk pada sejumlah naskah berbahasa Jawa yang tersimpan di Royal Asiatic Society, London, Peeters meyakini, naskah-naskah tersebut juga hanya beredar di lingkungan keraton. Beberapa koleksi naskah berbahasa Jawa ini antara lain teks Panji (1801) yang ditulis atas perintah Sultan Ahmad Najamuddin.

Selain didampingi ulama, sultan juga memiliki juru tulis khusus untuk penulisan bahasa Arab. Bahasa dan tulisan Arab digunakan dalam kitab-kitab utama pengajaran Islam di Palembang, termasuk naskah yang berkaitan dengan tasawuf dan tafsir.

Sebagian naskah-naskah keagamaan yang ditemukan, merupakan kitab yang langsung dibawa dari Arab. Sebagian lainnya disalin ulang dengan ketelitian yang tinggi di Palembang.

Akan tetapi, seperti bahasa Jawa kromo yang hanya dikuasai oleh kalangan bangsawan, bahasa Arab juga lebih dikuasai para guru atau kalangan ulama. Sejumlah naskah keagamaan menggunakan bahasa Arab dilengkapi terjemahan bahasa Melayu, walaupun tetap ditulis dengan huruf Arab.

Naskah-naskah sastra, antara lain hikayat yang berbentuk prosa maupun syair, serta berbagai kisah dalam naskah-naskah pada masa kesultanan lebih banyak ditulis dengan tulisan Arab dalam bahasa Melayu (Arab Melayu). Kegiatan surat- menyurat, antara lain dari sultan kepada Gubernur Batavia juga ditemukan dalam basa Arab Melayu.[5]

C. KEBERADAAN TULISAN ARAB MELAYU PADA ZAMAN MODERN

Penggunaan tulisan Arab Melayu (Armel) atau Tulisan Jawi (Tulwi)di Indonesia sekarang bisa dikatakan sudah hampir punah. Kalau pun dipelajari pada Pondok Pesantren, lebih mengutamakan tulisan Arab gondol/Kitab Kuning. Demikian kondisinya juga pada sekolah-sekolah umum, tidak pernah lagi diajarkan kepada murid.1

Seiring dengan perkembangan zaman, lambat-laun tulisan ini ditinggalkan masyarakat. Bukan berarti model tulisan ini tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, tidak sama sekali, namun yang menyebabkan Ia ditinggalkan karena kebijakan dari pemerintah kita sendiri.

Salah satu contohnya, pada tahun 70-an hingga 80-an pemerintah menggalakkan program penuntasan buta aksara. Seluruh masyarakat diajarkan membaca latin. Jika saja ada yang tidak bisa membaca tulisan latin, maka mereka dicap sebagai buta aksara, sekalipun Ia mampu dan lancar menulis dan membaca Arab Melayu. Artinya pada masa itu pemerintah tidak mengakui Arab Melayu yang telah melekat di tengah masyarakat kita.[6]

Sementara itu, penulisan armel di negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam telah mengakar kuat di masyarakatnya. Penulisan Armel dan cara membacanya, menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa di bangku sekolah di kedua negara tersebut.

Berdasarkan catatan Prof. Dr Kang Kyoung Seok, Peneliti tulisan Armel/Tulwi asal Busan, Korea, universitas-universitas di luar masyarakat Melayu juga mengajarkan tulisan Armel kepada mahasiswanya. Seperti yang diajarkan di Hankook University of Foreign Studies Korea, mereka bahkan mendatangkan tenaga pengajar khusus dari Malaysia untuk memberikan mata kuliah tulisan armel.

Amerika Serikat (Cornell Unversity), Jepang (Tokyo University of Foreign Studies), Inggris (University of London), Belanda (University of Leiden), Jerman (University of Hamburg), hingga Rusia (University of Leningrad), merupakan negara-negara lainnya di luar masyarakat Melayu, yang pernah dan masih mengajarkan tulisan armel kepada mahasiswanya. Bahkan, manuskrip-manuskrip Armel/Tulwi banyak disimpan di negara Inggris, antara lain di perpustakaan Bodleian Oxford, British Museum, British Library, dan perpustakaan University of London.

Menurut Rusdi, Ketua Yayasan Ikatan Guru Pengajian Al-Qur’an (IGPA) Kalbar, tulisan armel mulai menghilang sejak masuknya pengaruh Partai Komunis Indonesia ( tahun 1964/1965 ). Sejak itu pula, pelajaran armel di sekolah-sekolah ditiadakan. Kecuali di Sumatra.

BAB III

PENUTUP

  1. KESIMPULAN

Tulisan arab melayu yang kita dengar pada zaman sekarang ini merupakan sebuah pengembangan dari tulisan arab yang disesuaikan dengan bahasa melayu. Bahasa arab yang datang ke daerah nusantara beserta tulisannya yang dibawa oleh para pedagang islam dari arab sangat mempengaruhi adanya tulisan di daerah nusantara khusunya bagi orang-orang melayu.

Tulisan ini semakin berkembang dari tahun ke tahun. Tulisan arab melayu masih belum diketahui siapa tokoh pertama yang memakai tulisan ini. Tetapi tanda keberadaannya sudah diketahui melalui hasil penelitian yang ditemukannya sebuah prasasti pada zaman kerajaan melau di nusantara.

Pada zaman sekarang tulisan ini hanya di pakai oleh orang-orang melayu dan tidak sepenuhnya di nusantara. Negara yang masih mempertahankan tulisan arab melayu ini hanya Negara Malaysia, Brunei, dan daerah melayu yang ada di Indonesia.

  1. SARAN

Bagi para pembaca yang telah membaca makalah ini, pasti menemukan kesalahan-kesalahan dalam penulisan ini. Untuk itu, kami pemakalah menerima sarannya dari semua pembaca. Dan apabila ada informasi yang bermanfaat yang terdapat dalam makalah ini maka ambilah sebagai tambahan ilmu bagi para pembaca.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Darmawi, Ahmad. 2008. ARAB MELAYU, Pemunculan Tulisan, Sistem dan Istilah Jawi. rakyatriau.com

Fathullah, M Luthfi. 2008 Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah. Jordan: university Jordan press.

Jelprison. 2008. Arab Melayu Sebuah Pengenalan. kampungrison.wordpress.com

Medri. 2008. Jejak Bahasa Melayu Aceh. Acehlong.com

Muhandri.2003.Bahasa Jawa, Arab, dan Melayu di Palembang. www2.kompas.com.

Nuswanto, Heru Susetyo . 2008. Bangsa Moro di Mindanao : Roh Islam Melayu di Jasad Pinay. www.heru.blogspot.com.

Van wijk, D. gerth. 1985. Tata Bahasa Melayui. Jakarta : Djambatan.



[1] Menurut Jelprison, tulisan arab melayu mulai berkembang pada awal abad 12. Menurut Hashim Haji Musa dalam bukunya "Sejarah Perkembangan Tulisan Jawi" tulisan arab melayu berkembang pada pertengahan abad 14.

[2] Azwar. Manuskrip Melayu dan Tulisan Jawi. ( Padang, sebuah website)

[3] Heru Susetyo Nuswanto, Bangsa Moro di Mindanao : Roh Islam Melayu di Jasad Pinay, ( www.heru.blogspot.com, 2008 )

[4] Dr M Luthfi Fathullah, Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah ( Jordan, university Jordan press. 2008 )

[5] www2.kompas.com, Bahasa Jawa, Arab, dan Melayu di Palembang 2003.

[6] Jelprison. Arab Melayu Sebuah Pengenalan (kampungrison.wordpress.com2008 ).


makalah kapitalisme dan marxisme

MAKALAH

SEJARAH DUNIA II

Tentang

KAPITALISME DAN MARXISME

Oleh

Mirza Erwan Kaflis 107.053

Desi Mila 107.049

Ratna Yuniza 107.074

Dosen Pembimbing

Abdul salam

Syafrilman

Herman

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI )

FAKULTAS ILMU BUDAYA ADAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

IMAM BONJOL PADANG

1429 H / 2008 M



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara histories, perkembangan kapitalis memerupakan bagian dari gerakan Individualisme. Gerakan ini menimbulkan dampak dalam bidang yang lain, seperti dalam bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan alam, dalam bidang keagamaan lahir gerakan reformasi ( Protestan ).

Kapitalisme merupakan system perekonomian yang dipakai oleh Dunia Barat pada saat ini. Sedangkan Idiologi Marxisme lahir karena kurang setujunya para buruh atau masyarakat biasa terhadap Idiologi Kapitalisme yang memihak para bangsawan atau pemilik modal. Idiologi ini banyak dipakai oleh Negara-negara komunis, seperti Rusia, China, Dan Korea.

Mengapa Idiologi Kapitalisme dipakai di Dunia Barat sedangkan Idiologi Marxisme dipakai di Negara-negara Komunis, tentu ada sejarahanya.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, ada beberapa rumusan masalah yang pemakalah seleksi, diantaranya ialah :

* Bagaimana sejarah lahirnya Idiologi Kapitalisme dan Marxisme

* Siapa tokoh yang menglahirkan Idiologi ini

* Bagaimana pemikiran dari Idiologi ini

C. Tujuan Makalah

Setiap karya sastra pasti memeiliki tujuan penulisan, tidak terkecuali makalah ini. Makalah ini kami buat bertujuan untuk :

* Menjelaskan tentang seluk beluk idiologi Kapitalisme

* Menjelaskan tentang seluk beluk idiologi Marxisme

BAB II

KAPITALISME

A. Pengertian

Kapitalisme adalah salah satu pola pandang manusia dalam segala kegiatan ekonominya. Perkembangannya tidak selalu bergerak ke arah positif seperti yang dibayangkan banyak orang, tetapi naik turun.[1]

Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas.

B. Sejarah lahirnya Faham Kapitalis

Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.

Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.

C. Adam Smith dan Idiologi Kapitalisme

Adam Smith lahir di kota Kirkaldy Skotlandia tahun 1732 M. Waktu remaj ia belajar di Universitas Oxford dan dari tahun 1751 sampai 1776, ia menjadi Profesor di Universitas Glasgow. [2]

Adam Smith adalah tokoh ekonomi kapitalis klasik yang menyerang Merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.

Menurut cara berpikir yang dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu – dan ini dapat berupa seseorang, sebuah perusahaan atau suatu bangsa – harus berjuang atau berperang hanya untuk kemajuan dan kepentingannya sendiri. Yang paling menentukan dalam peperangan ini adalah produksi. Para produsen yang paling unggul akan bertahan hidup, sedang yang lemah dan tidak mampu bersaing akan tersingkir dan mati. Inilah sistem yang sedang berlaku, dan seolah tidak ada kepedulian bahwa mereka yang tersingkirkan dalam perjuangan sengit ini, mereka yang terinjak-injak dan jatuh ke jurang kemiskinan adalah manusia. Sebaliknya yang justru dianggap lebih penting bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan barang-barang, yakni produk dari pertumbuhan ekonomi ini. Dengan sebab ini, mentalitas kapitalis tidak merasakan adanya tanggung jawab moral atau hati nurani atas orang-orang yang terinjak di bawah kaki mereka, dan yang harus hidup dengan berbagai kesulitan. Ini adalah Darwinisme yang diterapkan secara menyeluruh pada masyarakat di bidang ekonomi[3]

Dengan menyatakan perlunya mendorong kompetisi di berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan memaklumkan tidak perlunya memberikan kesempatan atau bantuan bagi masyarakat yang lemah di sektor apapun, baik kesehatan maupun ekonomi, para perumus Darwinisme Sosial terkemuka telah meletakkan dukungan “filosofis” dan “ilmiah” bagi kapitalisme. Misalnya, menurut Tille, sosok terkemuka yang mewakili mentalitas kapitalis-Darwinis, menyatakan bahwa adalah kesalahan besar untuk mencegah kemiskinan dengan memberikan bantuan atau pertolongan bagi “kelas-kelas yang tersingkirkan”, sebab ini berarti ikut campur dalam proses seleksi alam yang mendorong berlangsungnya evolusi.[4]

BAB III

MARXISME

A. Pengertian

Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham Kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.

Dalam dunia materialisme mengatakan, dunia adalah materi. Segala fenomena yang ada di dunia ini terbagi atas materi dalam mosi pergerakan, atau dapat dikatakan pula bahwa dunia ini exis diluar jangkauan persepsi manusia, bergerak secara bebas dan independen. Sedangkan kerangka pemikiran adalah sebuah refleksi atau pantulan dunia materi di dalam otak, dan teori yang menentang materialisme adalah Idealisme.

B. Sejarah Lahir dan Berkembang paham Marxisme

Sebelum Marx, sejarah ditafsirkan dengan berbagai cara yang mempunyai kekhasannya masing-masing. Kelompok Agama menafsirkan sejarah sebagai penyelenggaraan kehendak Ilahi dan menganggap perkembangan manusia hanya satu bagian dari renacan Allah untuk alam semesta. Kelompok Politik berpandangan bahwa Kaisar, raja membuat undang-undang dan para serdadu sebagai kekuatan yang menentukan dalam sejarah.

Carlycle berpendapat bahwa pemimpin yang membentuk peristiwa, tetapi tidak salah juga bahwa peristiwa yang membentuk pemimpin. Menurut Higel sebagai penyebab untuk tumbuhnya proses sejarah ialah kondisi social, ekonomi, teknologi, dan militer masyarakat.

Analisis Marx tentang masyarakat dinyatakan dalam penafsiran ekonominya atas sejarah. Marx tidak mengklaim bahwa hanya factor ekonomi yang menciptakan sejarah, tetapi menyatakan factor ini yang terpenting untuk membangun suprastruktur kebudayaan, perundang-undangan, dan pemerintahan yang diperkuat pula oleh berbagai idiologi politik, sosial, keagamaan, kesus-sastraan, serta seni sejalan.[5]

Di tahun 1848 marx, mengambil peran di Jerman dalam revolusi perancis yang mengharapkan pada revolusi sosial. Dalam bukunya "communist manifesto" dipresentasikan sebagai analisis sejarah yang mengarah pada pembebasan kasta (tingkatan) dalam sosial masyarakat (class struggle). Dalam teorinya historical materialism suatu metode yang mencatat pada perkembangan dan perubahan yang terjadi pada sejarah peradaban manusia sesuai dengan perkembangan material ekonomi.[6]


C. Karl Marx dan Idiologinya

Karl marx, sosok pemikir barat yang lahir pada tahun 1818 merupakan keturunan Yahudi penganut christianity akan tetapi pada akhirnya menganut paham atheis (tidak bertuhan), yang dikarenakan faktor keluarga dan pergolakan sosial yang terjadi pada masa itu.

Konsep awal yang paling mendasar menurut karl marx adalah segala perubahan yang terjadi dalam sosial masyarakat disebabkan oleh struktur ekonomi pada sosial masyarakat tersebut. Sebuah ekonomi yang unggul akan membentuk pada sebuah agama, philosophy, politik yang akan mewarnai seluruh sosial masyarakat. Sistem perekonomian hanya akan berjalan pada titik sejarah peradaban manusia.

Marx menentang adanya sistem class struggle yang telah menjamur di masyarakat, dia menginginkan terbentuknya classless society yang berarti bahwasanya masyarakat tidak harus saling bertentangan diantara tingkatan yang ada dalam masyarakat tersebut. Marx lebih fokus dan menekankan pada titik sebab terjadinya penderitaan masyarakat terhadap pembagian tingkatan dan kelas sosial (suffering of the devision of society), sedangkan untuk meminimalis tingkatan sosial dan mengeksploitasi antara manusia dengan manusia dibutuhkan sebuah pemikiran yang logis dan sistematis demi terwujudnya sebuah perubahan dalam sosial.

Gagasan dan pemikiran Marx yang paling utama, harus mampu memahami asal dasar dan alasan dalam sosial, mampu mengeleminasi serta dapat mengaplikasikannya pada ilmu pengetahuan untuk menyerukan classless society sebagai solusi dari class struggle yang ada dalam masyarakat. Selanjutnya pendapat Marx dalam teori materialisme kemanusiaan mengatakan, manusia harus produktif di dalam menjalani hidupnya, dapat dirumuskan; model produksi mempunyai dua aspek besar yaitu forces of production dan yang kedua relation of production.[7]

Forces of Production merupakan alat, tenaga kerja, kekuatan, tehnik dan tradisi yang digunakan manusia dalam proses berproduksi. Itu berarti, seberapa besar tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi sebuah produk atau tehnik dan tradisi apa yang digunakan dalam berproduksi, sehingga mampu bersaing diantara masing-masing individu dalam memproduksi barang yang berharga. Dan Relation of Production merupakan relasi antara manusia terhadap obyek dalam memasuki organisasi dunia produktifikasi kehidupan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kapitalisme adalah salah satu pola pandang manusia dalam segala kegiatan ekonominya. Perkembangannya tidak selalu bergerak ke arah positif seperti yang dibayangkan banyak orang, tetapi naik turun. Kritik keberadaan kapitlis sebagai suatu bentuk penindasan terhadap masyarakat kelas bawah adalah salah satu faktor yang menyebabkan aliran ini banyak dikritik. Akan tetapi, bukan hanya kritik saja yang mengancam kapitalisme, melainkan juga ideologi lain yang ingin melenyapkannya, seperti komunisme dan Islam.

Menurut pandangan Islam, terdapat beberapa kesalahan pemikiran dan konsep (false consciousness) yang tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan pemikiran islam secara umum. Tuhan, secara menyeluruh Marx tidak mengakui adanya Tuhan, sedangkan tuhan merupakan power dan berperan paling dominan dalam sistem perubahan ini. Segala perubahan yang terjadi di dunia ini telah tertulis oleh Allah tuhan semesta alam, sedangkan Marx mengatakan relation of production atau factor of productin membawa pada perubahan dalam sejarah dan peradaban manusia bukan yang lain.

Marx melupakan peran penting agama, bahkan menolaknya dan mengatakan agama adalah opium (candu masyarakat) yang menekan manusia, ini merupakan kesalahan terbesar dalam teorinya yang tidak dapat diterima secara rasional, ia mempresentasikan bahwa agama hanyalah sebagai alat penekan untuk menekan dan dan memaksa para buruh kelas bawah.sehingga menurut dia, tidak diperlukannya agama untuk mengubah sistem dalam classless society. Pada kenyataanya classless society ini tidak akan pernah terwujud dalam sejarah.

Dilain pihak ada satu aspek positif pemikiran Marx dalam filsafat, kita tidak dapat mengubah suatu struktur sosial tanpa adanya susunan ekonomi dalam sosial tersebut. Merupakan suatu kesuksesan besar yang petut dibanggakan karena filsafat Karl marx telah diterima oleh berbagai negara seperti Cina dan Rusia yang intinya bertujuan pada pembebasan sosial dari pertentangan antar kalangan dan tingkatan dalam sosial. Beberapa personality yang berbeda dapat diambil dari ideologi Karl marx kemudian diimplementasikan dalam negara, membawa pada perubahan yang nyata. Washalallahu ala Muhammad

B. Kritik dan Saran

Sebagai sebuah hasil karya manusia, Makalah ini pastilah tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan, baik yang sengaja maupun yang tidak di sengaja. Untuk itu kami pemakalah mengharapkan kritikan yang dapat membagun pemakalah supaya dapat membuat makalah yang lebih baik pada hari-hari berikutnya

Kami sebagai pemakalah menyarankan bagi pembaca, jangan hanya berhenti disini dalam membaca tulisan ini. Kami harapkan pembaca dapat mencari data yang lain yang berhubungan dengan Kapitalisme dan Marxisme.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Anisatum Mutik, Marxisme ( Karl Max ), Bandung : Anesa.blogspot.com, 11 Nov 2008, 2008.

Herman dan M. Ilham, Titik Balik Peradaban Eropa, Padang : IAIN-Pres, 2006.

Maramis, Hariadi, Titik Noda Kapitalisme, Bandung : Hati-ITB.blogspot.com, 31 Des 2008, 2008.

Senel, Alaeddin, Irk ve Irkcilik Dusuncesi (The Idea of Race and Racism), Ankara: Belem ve Sanat Yayinlari, 1993.

Yahya, Harun, Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi, Jakarta : Harunyahya.com, 11 Nov 2008, 2008.



[1] Harun Yahya, Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi, ( Jakarta : Harunyahya.com, 11 Nov 2008 ).

[2] Herman dan M. Ilham, Titik Balik Peradaban Eropa, ( Padang : IAIN-Pres, 2006 ), H. 93.

[3] Harun Yahya, Loc, Cit.

[4] Alaeddin Senel, Irk ve Irkcilik Dusuncesi (The Idea of Race and Racism), ( Ankara: Belem ve Sanat Yayinlari, 1993 ), hal. 61.

[5] Herman dan M. Ilham, Op, Cit. H. 108-109.

[6] Anisatum Mutik Handayani, Marxisme ( Karl Max ), ( Bandung : Anesa.blogspot.com, 11 Nov 2008 ).

[7] Ibid