Senin, 04 Mei 2009

teori sosiologi

MAKALAH

TEORI SOSIOLOGI

Tentang

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK DENGAN TEORI IMAGINATIONS SOSIOLOGIS

Oleh

Mirza Erwan Kaflis 107.053

Yusmeliana 107.022

Elhidayati 107.086

Dosen Pembimbing

Umi Humairah, S. Hum, M. Hum

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI )

FAKULTAS ILMU BUDAYA ADAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

IMAM BONJOL PADANG

1429 H / 2008 M


BIOGRAFI TOKOH

A. TALCOTT PARSONS

Talcottt Parsons lahir 13 Desember 1902 di Colorado Springs. Parsons adalah anak Edward Parsons Smith (1863-1943) dan Mary Augusta Ingersoll (1863-1949 Ayahnya yang telah Congregationalist menteri tetapi pada saat Parsons' kelahiran dia adalah seorang profesor dalam Bahasa Inggris di Colorado College dan wakil presiden di Indonesia.. Ayah nanti akan menjadi presiden Marietta College di Ohio. Parsons' keluarga adalah salah satu keluarga tertua dalam sejarah Amerika, ia adalah leluhur beberapa pertama yang datang dari Inggris pada setengah dari abad ketujuhbelas. Beliau wafat pada 8 Mei 1979 dalam perjalanannya menuju german.

B. C. Wright Wills

Charles Wright Mills kelahiran Waco, Texas, Amerika Serikat. C. Wright Mills lahir pada tanggal 28 Agustus 1916 di Waco, Texas. Ayahnya adalah putih broker asuransi dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, dan mereka dari keturunan Irlandia-Inggris. Keluarga yang dipindahkan dari tempat ke tempat di Texas, tinggal di Waco, Wichita Falls, Fort Worth, Sherman, Dallas, San Antonio dan Austin.

Ketika Mills adalah empat puluh satu dia dijelaskan dirinya sebagai "pengacau yang dilahirkan" dan "sebaik apapun kualat tubuh manapun." Sebagai seorang anak dia tinggal hidup yang relatif terpencil. Ayahnya telah meninggal dunia pada tanggal perjalanan banyak menyita waktu, maka orang tua itu sangat sedikit teman-teman, dan ia dibesarkan tanpa hubungan intim dan berkesinambungan. foreshadowed Itu isolasi sosial sendiri pengalaman di sekolah, perguruan tinggi dan sekolah. Ia dibesarkan di rumah tanpa buku atau musik, menjelaskan dirinya sebagai diri yang dilakukan karena mungkin menjadi.

Setelah lulus dari Dallas Technical High School pada tahun 1934, antisipasi karir sebagai seorang insinyur, Mills memasukkan Texas Agricultural & Mechanical College, sebuah sekolah yang besar militer ayahnya berpikir akan membuat seorang dari dia. Sebagai mahasiswa, yang pertama adalah bagian dipublikasikan surat kepada Batallion, mahasiswa koran, di mana dia protes terhadap penindasan mindless disiplin yang freshmen terpaksa menjalani di tangan upperclassmen. Ia relished yang melihat dia marah pada petugas senior 'muka karena membacanya. Merespon ke jawab accusing dia kurangnya "bersemangat," ia menutup penned kata ini dalam kedua surat di Batalyon. Beilau wafat pada tahun 1962.


TEORI-TEORI PARA TOKOH

A. Teori Interaksionisme Simbolis

Talcott merupakan seorang tokoh sosiologi modern yang mengembangkan gagasan interaksionisme simbolis menjadi funsionalisme stuktural. Hal ini dapat kita lihat dalam karya pertamanya yang mengenai analisis fungsional “the social system” pada tahun 1951. dalam karya berikutnya parson secara rinci menguraikan funsi sebagai struktur demi mempertahankan sistem sosial. Konsep awal Parsons mengenai sistem sosial berawal pada interaksi tingkat mikro antara ego dan alter-ego yang didefenisikan sebagai bentuk sistem sosial yang paling mendasar.

Interaksionisme adalah sebuah teori tentang individu, tindakan sosial, yang dalam bentuknya yang paling distingtif tidak berusaha untuk juga menjadi suatu teori tentang masyarakat[1] “kesengajaan yang terbentuk oleh kesengajaan”. Pendekatan dalam teori ini lebih tergantung pada tradisi-verbal-informal daripada buku-buku teks yang mapan. Pendekatan ini meenggambarkan tentang pragmatis dari mazhab filsafat Amerika yang unik, mengenai penafsiran sosiologis terhadap ekologi dan tentang metode-metode lapangan yang dikembangkan oleh antropolog. Kemudian dicatat oleh oleh para fungsionalis, pendekatan ini kuat dari segi empiris tetapi lemah dari segi teori.

Sistem-sistem sosial dan struktur-struktur peranan kadang-kadang dilihat sebagai hasil dari tindakan sosial dan kadang-kadang sebaliknya, tetapi semuanya secara mendasar merupakan hal yang sama : suatu teori mengenai pribadi-pribadiditurunkan menjadi sebuah teori mengenai masyarakat.[2]

Interaksionisme simbolik tidak membuat hal ini berganti : ia tetap dengan tindakan sosial dan walaupun secara impilisit dia melihat struktur-struktur sosial sebagai struktur-struktur perandi dalam cara yang sama seperti dilakukan oleh pendekatan-pendekatan lain, dia tidak melibatkan dirinya dengan analisa atas tingkat sistem.

Para penganut teori interaksionisme simbolik menyepakati beberapa hal :

1. Terdapat kesepakatan bahwa manusia merupakan mahluk yang mampu menciptakan dan menggunakan simbol;

2. Bahwa manusia memakai simbol untuk saling berkomunikasi;

3. Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (role taking);

4. Masyarakat tercipta, bertahan dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan renungan dan untuk melakukan evaluasi.[3]

Dalam teorinya parson memandang sistem sosial sebagai bagian dari tindakan sosial yang terorganisir. Masyarakat merupakan contoh kongrit dari suatu sistem sosial. Sistem ini cenderung bergerak kearah keseimbangan atau stabilitas. Dengan kata lain ketaraturan merupakan norma sosial. Bilamana terjadi kekacauan dalam norma sosial, maka sistem sosial mengadakan penyesesuain terhadap norma yang ada.

Pandangan parsons tentang masyarakat sebagai suatu sistem keseimbangan mengarah pada pendapat Pareto, sedangkan pandangan Parsons tentang integrasi sosial dilatar belakangi oleh Emili Durkheim.

Untuk membantunya dalam mengembangkan teori sistem sosial, parsons mendesain skema AGIL, yaitu :

Adaptations : sebuah sistem harus mengulangi sistem eksternal yang gawat. Sistem harus menyelsaikan diri dengan lingkungannya dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

Goal Attaiment : sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya.

Iategrattions : sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan fungsi penting lainnya.

Latency : sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.[4]

Meskipun parsons berkomitmen untuk melihat sistem sosial sebagai sebuah interaksi, namun ia tak menggunakan interaksi sebagai unit fundamental dalam studi tentang sistem sosial. Ia malah menggunakan status-peran sebagai unit dasar dari sistem.

Sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor individu yang saling berinteraksi dalam situasi sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik. Aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam arti mempunyai kecendrungan untuk mengoptimalkan kepuaasan yang hubungannya dengan situasi mereka defenisikan dan di mediasi dalam term sistem simbol bersama yang terstruktur secara kultur ( Parsons, 1951 : 5-6 ).

Walaupun konsep tindakan sosial tetap dipakai sebagai dasar teori, perburuan intelektual parsons secara perlahan ternyata bergeser dari tekanan atas tindakan sosial ke struktur-struktur dan fungsi masyarakat.[5] Maksudnya konsep dasar dari sistem sosial tidak terhenti sampai di sana, perubahan ini di karenakan banyaknya pengaruh dari pemikiran-pemikiran para ahli sebelumnya yang telah dulu mencetuskan teori tindakan sosial.

B. Teori Sosiologis Imaginations

Dengan imajinasi sosiologis seseorang dapat memahami padangan historis yang lebih luas, dari segi pengertiannya terhadap hakekat kehidupan dan kebutuhan kehidupan berbagi individu. Dengan menggunakan itu dia dapat melihat bagaimana individu-individu, dalam keruwetan pengalaman sehari-harinya sering mengisruhkan posisi sosial mereka. ( wills, 1959 : 5).

Keradikalan Mills dalam mengungkap fenomena sosial menjadikannya ia tersingkir dan menjadi ahli pinggiran dalam kancah sosiologi Amerika.[6] Analisis marxian, adalah karya Mill mengenai sosiologi radikal. Pada tahun 1950-an, Mills menulis sebuah buku yang mengkaji masalah revolusi komunis di Kuba dan pada tahun 1962 menerbitkan buku berjudul The Marxists. Bukunya yang terkenal adalah The Sociological Imagination (1959). Isi buku tersebut diantaranya adalah upaya kritik Mills terhadap Talcott Parsons. Tiga komponen yang membentuk imajinasi sosiologis adalah

Sejarah : bagaimana masyarakat yang akan datang dan bagaimana berubah dan bagaimana sejarah sedang berlangsung di dalamnya.

Biografi : sifat "sifat manusia" di masyarakat, apa saja yang mendiami orang-orang tertentu masyarakat.

Struktur social : bagaimana berbagai institusi pesanan beroperasi dalam sebuah masyarakat, yang mana yang dominan, bagaimana mereka diselenggarakan bersama, bagaimana mungkin mereka akan berubah,

Imajinasi sosiologis yang memungkinkan kita untuk pegang sejarah dan biografi dan hubungan antara kedua dalam masyarakat. mereka pasti pertanyaan dibangkitkan oleh pikiran yang memiliki imajinasi sosiologis. Untuk itu imajinasi adalah kemampuan untuk berubah dari satu perspektif lain - dari politik ke psikologis; pemeriksaan dari satu keluarga ke komparatif penilaian dari anggaran nasional dunia; dari teologi ke sekolah militer pendirian; dari pertimbangan dari industri minyak studi ke puisi kontemporer. Ini adalah kemampuan untuk mulai dari yang paling adil dan jauh ke dalam Bahasa Inggris yang paling intim fitur dari manusia sendiri - dan untuk melihat hubungan antara keduanya. Kembali dari penggunaannya selalu ada keinginan untuk mengetahui sejarah dan sosial yang berarti masing-masing di masyarakat dan di masa di mana ia memiliki kualitas dan dia sedang (1959: 6-7)

Menrut teori ini seorang sejarhwan harus menguasai imaginasi sosiologi dalam penelitannya. Dengan menggunakan metode ini para sejarahwan bisa memperkirakan tingkah laku masyarakat pada zaman dahulu. Selain metode ini, sejarahwan ini juga membutuhkn psikologi sosiologi, untuk mengetahui perkembangan watak dan pemikiran para aktos sejarah yang ia teliti.

Karena adanya sebuah imajinasi seorang lebih tertarik akan peristiwa masa lampau. Kertetarikan ini tidak hanya untuk mereka-reka saja, melainkan untuk merekonsrtuksikan kembali kehidupan masyarakat masa lampau kepada masyarakat sekarang ini. Dengan adanya gambaran persitiwa masa lampau tersebut kita bias mengambil pelajaran untuk menempuh masa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

Goodman, Dougllas Y dan George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6, Jakarta: Kencana, 2007.

Ian Craib, Teori-Teori Sosial Modern, dari Parsons Sampai Habermas, Jakarta : Rajawali Pers, 1986

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta : LPFEUI, 2004.

Poloma, Margaret M, Sosiologi Kontemporer, Jakarta : Rajawali Pers, 1984.

Wikipedia terjemahan, Biodata Talcott Parsons. WWW.Wikipedia.Com

Wikipedia terjemahan, Biodata C. Wright Mills, WWW.Wikipedia.Com

Zuryawan Isvandiar Zoebir, Teori Sosialogi, Jakarta :Zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com, 2008.



[1] Ian Craib, Teori-Teori Sosial Modern, dari Parsons Sampai Habermas, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1986 ), H. 122

[2] Ian Craib, Ibid, H. 111.

[3] Zuryawan Isvandiar Zoebir, Teori Sosialogi, (Jakarta :Zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com, 2008 )

[4] George Ritzer dan Dougllas Y. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6 ,( Jakarta: Kencana, 2007 ), H. 121.

[5] Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1984 ), H. 173.

[6] Zuryawan Isvandiar Zoebir, Ibid

perjuangan paska kemerdekaan

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

Tentang

PERJUANGAN PASKA KEMERDEKAAN

Oleh

Rudiyanto 107.032

Delfia refniati 107.073

Dosen Pembimbing

DR. Danil M. Chaniago, M. Hum

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI )

FAKULTAS ILMU BUDAYA ADAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

IMAM BONJOL PADANG

1429 H / 2009 M




PERJUANGAN PASCA KEMERDEKAAN

Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.

Menjelang akhir perang, tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara sekutu. Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya di Makasar dan Banjarmasin, sedangkan Balikpapan telah diduduki oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah. Sementara Pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Komando Kawasan Asia Barat Daya (South West Pacific Area Command/SWPAC).[1]

Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando SEAC (South East Asia Command) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan Indocina. SEAC dengan panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentera Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil sekutu

  1. PERJANJIAN LINGGARJATI

Bulan Agustus pemerintah Belanda melakukan usaha lain untuk memecah halangan dengan menunjuk tiga orang Komisi Jendral datang ke Jawa dan membantu Van Mook dalam perundingan baru dengan wakil-wakil republik itu. Konferensi antara dua belah pihak diadakan di bulan Oktober dan November di bawah pimpinan yang netral seorang komisi khusus Inggris, Loard Killean. Bertempat di bukit Linggarjati dekat Cirebon. Setelah mengalami tekanan berat -terutama Inggris- dari luar negeri, dicapailah suatu persetujuan tanggal 15 November 1946 yang pokok pokoknya sebagai berikut :

· Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949,

· Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia

· Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.[2]

Untuk ini Kalimantan dan Timur Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis Konstituante didirikan, yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan bagian-bagian komponen lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan masalah ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai anggota PBB. Akhirnya setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan diselesaikan lewat arbitrase.

Kedua delegasi pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari kemudian, pada tanggal 15 November 1946, di rumah Sjahrir di Jakarta, berlangsung pemarafan secara resmi Perundingan Linggarjati. Sebenarnya Soekarno yang tampil sebagai kekuasaan yang memungkinkan tercapainya persetujuan, namun, Sjahrir yang diidentifikasikan dengan rancangan, dan yang bertanggung jawab bila ada yang tidak beres.

  1. AGRESI MILITER BELANDA I

DR H J Van Mook kepala Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang kemudian diangkat sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda, dengan gigih memecah RI yang tinggal 3 pulau ini Bahkan sebelum naskah itu ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947, *28 ia telah memaksa terwujudnya Negara Indonesia Timur, dengan presiden Sukowati, lewat Konferensi Denpasar tanggal 18 - 24 Desember 1946.

Pada bulan tanggal 25 Maret 1947 hasil perjanjian Linggarjati ditandatangani di Batavia. Partai Masyumi menentang hasil perjanjian tersebut, banyak unsur perjuang Republik Indonesia yang tak dapat menerima pemerintah Belanda merupakan kekuasaan berdaulat di seluruh Indonesia 29 Dengan seringnya pecah kekacauan, maka pada prakteknya perjanjian tersebut sangat sulit sekali untuk dilaksanakan.

Perdana Menteri Sjahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui kedaulatan Belanda selama masa peralihan, tetapi menolak gendarmerie bersama. Jawaban ini mendapatkan reaksi keras dari kalangan parpol-parpol di Republik.

Ketika jawaban yang memuaskan tidak kunjung tiba, Belanda terus "mengembalikan ketertiban" dengan "tindakan kepolisian". Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam (tepatnya 21 Juli 1947) mulailah pihak Belanda melancarkan 'aksi polisionil' mereka yang pertama.

Tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum agar supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pimpinan RI menolak permintaan Belanda ini.

Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggajati. Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.[3]

Aksi Belanda ini sudah sangat diperhitungkan sekali dimana mereka telah menempatkan pasukan-pasukannya di tempat yang strategis. Pasukan yang bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat (tidak termasuk Banten), dan dari Surabaya untuk menduduki Madura dan Ujung Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai semua pelabuhan perairan-dalam di Jawa Di Sumatera, perkebunan-perkebunan di sekitar Medan, instalasi- instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah Padang diamankan. Melihat aksi Belanda yang tidak mematuhi perjanjian Linggarjati membuat Sjahrir bingung dan putus asa, maka pada bulan Juli 1947 dengan terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri, karena sebelumnya dia sangat menyetujui tuntutan Belanda dalam menyelesaikan konflik antara pemerintah RI dengan Belanda.

Menghadapi aksi Belanda ini, bagi pasukan Republik hanya bisa bergerak mundur dalam kebingungan dan hanya menghancurkan apa yang dapat mereka hancurkan. Dan bagi Belanda, setelah melihat keberhasilan dalam aksi ini menimbulkan keinginan untuk melanjutkan aksinya kembali. Beberapa orang Belanda, termasuk van Mook, berkeinginan merebut Yogyakarta dan membentuk suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang menjadi sekutunya tidak menyukai 'aksi polisional' tersebut serta menggiring Belanda untuk segera menghentikan penaklukan sepenuhnya terhadap Republik.

  1. PERJANJIAN RENVILLE

Sementara peperangan sedang berlangsung, Dewan Keamanan PBB, atas desakan Australia dan India, mengeluarkan perintah peletakan senjata tanggal 1 Agustus 1947, dan segera setelah itu mendirikan suatu Komisi Jasa-Jasa Baik, yang terdiri dari wakil-wakil Australia, Belgia dan Amerika Serikat, untuk menengahi perselisihan itu .

Tanggal 17 Januari 1948 berlangsung konferensi di atas kapal perang Amerika Serikat, Renville, ternyata menghasilkan persetujuan lain, yang bisa diterima oleh yang kedua belah pihak yang berselisih. Akan terjadi perdamaian yang mempersiapkan berdirinya zone demiliterisasi Indonesia Serikat akan didirikan, tetapi atas garis yang berbeda dari persetujuan Linggarjati, karena plebisit akan diadakan untuk menentukan apakah berbagai kelompok di pulau-pulau besar ingin bergabung dengan Republik atau beberapa bagian dari federasi yang direncanakan Kedaulatan Belanda akan tetap atas Indonesia sampai diserahkan pada Indonesia Serikat.

Pada tanggal 19 Januari ditandatangani persetujuan Renville Wilayah Republik selama masa peralihan sampai penyelesaian akhir dicapai, bahkan lebih terbatas lagi ketimbang persetujuan Linggarjati : hanya meliputi sebagian kecil Jawa Tengah (Jogja dan delapan Keresidenan) dan ujung barat pulau Jawa -Banten tetap daerah Republik Plebisit akan diselenggarakan untuk menentukan masa depan wilayah yang baru diperoleh Belanda lewat aksi militer. Perdana menteri Belanda menjelaskan mengapa persetujuan itu ditandatangani agar Belanda tidak "menimbulkan rasa benci Amerika".

Sedikit banyak, ini merupakan ulangan dari apa yang terjadi selama dan sesudah perundingan Linggarjati. Seperti melalui persetujuan Linggarjati, melalui perundingan Renville, Soekarno dan Hatta dijadikan lambang kemerdekaan Indonesia dan persatuan Yogyakarta hidup lebih lama, jantung Republik terus berdenyut. Ini kembali merupakan inti keuntungan Seperti sesudah persetujuan Linggarjati, pribadi lain yang jauh dari pusat kembali diidentifikasi dengan persetujuan -dulu Perdana Menteri Sjahrir, kini Perdana Menteri Amir- yang dianggap langsung bertanggung jawab jika sesuatu salah atau dianggap salah.

Perjanjian Renville tidak lebih baik daripada perundingan di Linggarjati. Kedua belah pihak menuduh masing-masing melanggar perdamaian, dan Indonesia menuduh Belanda mendirikan blokade dengan maksud memaksanya menyerah. Bulan Juli 1948, Komisi Jasa-jasa Baik, yang masih ada di tempat mengawasi pelaksanaan persetujuan itu, melaporkan bahwa Indonesia mengeluh akan gencatan senjata yang berulang-ulang.

  1. AGRESI MILITER II

Tanggal 6 Agustus 1948, Dr. Willem Drees dari Partij van de Arbeid (Partai Buruh), menjadi Perdana Menteri kabinet koalisi bersama Partai Katolik (Katholieke Volkspartij). Dia menggantikan Dr. L.J.M. Beel, yang kemudian diangkat menjadi Hooge Vertegenwoordiger van de Kroon (Wakil Tinggi Mahkota) Belanda di Indonesia.[4]

Sementara itu, Belanda konsisten dalam usaha memecah belah bangsa Indonesia dan mengadakan pendekatan kepada orang-orang Indonesia yang bersedia bekerja untuk Belanda. Di Jawa Timur, van der Plas mengganti pejabat-pejabat daerah, terutama para Bupati yang mendukung Republik dan digantikan oleh kakitangan Belanda. Setelah sebelumnya mengadakan “pembersihan” di daerah-daerah sekitar Bondowoso, tanggal 16

Dengan cara-cara seperti ini, Belanda merekayasa sehingga perundingan antara Belanda dan Indonesia yang berlangsung di Kaliurang, difasilitasi oleh KTN Komisi Tiga Negara), mengalami kebuntuan. Selain itu, Beel mengumumkan akan segera membentuk pemerintahan interim, yang dinamakannya Pemerintah Peralihan di Indonesia (Bewindvoering Indonesie in Overgangstijd –BIO), dan tanggal 11 Desember, Dr. Beel menyatakan bahwa Belanda tidak bersedia melanjutkan perundingan dan memaksa pimpinan Republik untuk menjadi anggota pemerintahan interim. Namun hal itu jelas mendapat penolakan dari para pemimpin Republik. Pada hari yang sama, pimpinan militer Republik menerima laporan, bahwa tentara Belanda sedang mengadakan konsentrasi besar-besaran di garis demarkasi.

Untuk mengantisipasi serangan Belanda, pimpinan TNI merencanakan akan mengadakan latihan perang pada 19 Desember 1948. Pada 11 Desember 1948 Belanda menyatakan tidak bersedia lagi melanjutkan perundingan dengan pihak Republik, dan pada 13 Desember 1948, Belanda mengumumkan berdirinya BIO yang rencananya hanya terdiri dari negara- negara boneka, yang tergabung dalam Bijeenkomst voor Federaale Overleg –BFO- (Musyawarah Negara Federal), tanpa ikutsertanya Republik Indonesia.

Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

  1. Perjanjian Roem Royen

Meskipun telah melakukan perundingan dengan Indonesia, Belanda terus melakukan pengepungan dan blockade. Belanda juga melanjutkan mendirikan negara- negara boneka, misalnya negara Pasundan ( 20 Februari 1948 ) dan negara Jawa Timur ( 16 November 1948 ). Selanjutnya, Belanda mengusulkan di bentuknya pemerintahan sementara ad interim. Oleh karena pemerintah Republik Indonesia tidak memberikan jawaban, Dr Beel sebagai pengganti Van MOOK merasa tidak terikat lagi oleh perjanjian RENVILLE dan melancarkan Agresi Militer ll pada tanggal 1948. Akhirnya, pihak Indonesia-Belanda mengadakan pendekatan sebagai kelanjutan dari Perjanjian Renville.

Setelah diadakan pembicaraan berulang kali di bawah pengawasan KTN, Indonesia dan Belanda kembali mengadakan perundingan . Indonesia diwakili oleh Mr. Muh. Roem dan Belanda diwakili oleh Dr. Van Royen. Naskah perundingan di tanda tangani pada 7 mei 1949. Isi pokoknya ialah kedua belah pihak setuju dan akan hadir dalam Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda, pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949.

Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda, terutama dari pihak Amerika Serikat yang mengancam akan menghentikan bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk kembali berunding dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem Royen.[5]

  1. Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949. Yang menghasilkan kesepakatan:

v Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat.

v Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.

v Penyerahan kedaulatan oleh Belanda

Penandatanganan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan titik pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda dan berakhirnya periode perjuangan bersenjata untuk menegaskan dan mempertahankan kemerdekaan. Setelah persetujuan KMB tersebut, Pasukan Pemerintahan/TNI yang berada di sekitar kota diperintahkan untuk masuk ke Kota Yogyakarta termasuk Bagian Code yang sebelumnya bertempat di Dekso. Bagian Code menempati sebuah gedung sekolah di dekat Stadion Kridosono yang merupakan juga Markas PHB Angkatan Perang.[6]

Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal.

DAFTAR PUSTAKA

Arezer, 2008. PERJANJIAN ROEM-ROYEN, Jakarta : arethere.wordpress.com/2008/12/25/perjanjian-roem-royen/.

Ranesi. 2007. 60 Tahun Agresi Milter Belanda I . Jakarta : www.ranesi.nl/arsipaktua/indonesia060905/13098207

Sudarjanto. 2006. Agresi Militer Belanda Ii. Jakarta : sudarjanto.multiply.com/attachment/0/R8kINQoKCDMAAEANcJM1/Agressi%20Militer%20Belanda%20ke%20II%20da1.pdf?nmid=84289438.

Sandi. 2008. Koferensi Meja Bundar. Jogjakarta : sandi.math.web.id/?p=131,

Wikipedia, 2005. Agresi Militer Belanda I, Jakarta : id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I

Wikipedia, 2004. Sejarah Indonesia ( 1945-1949 ) Jakarta : id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I



[1] Wikipedia, sejarah Indonesia ( 1945-1949 M ), ( Jakarta : id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1945-1949) )

[2] Ibid

[3] Wikipedia, Agresi Militer Belanda I, (Jakarta id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I. )

[4]Sudarjanto. Agresi Militer Belanda II, ( Jakarta : images.sudarjanto.multiply.com/attachment/0/R8kINQoKCDMAAEANcJM1/Agressi%20Militer%20Belanda%20ke%20II%20da1.pdf?nmid=84289438)

[5] Arezer, PERJANJIAN ROEM-ROYEN, (Jakarta : arethere.wordpress.com/2008/12/25/perjanjian-roem-royen/ 2008)

[6] Sandi, Koferensi Meja Bundar. ( Jogjakarta : sandi.math.web.id/?p=131, 2008)

makalah kerajaan-kerajaan islam di Indonesia

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

Tentang

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Oleh

Mirza Erwan Kaflis 107.053

Riyen Gusti Suparta 107.067

Ratna Yuniza 107.074

Dosen Pembimbing

DR. Danil M. Chaniago, M. Hum

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI )

FAKULTAS ILMU BUDAYA ADAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

IMAM BONJOL PADANG

1429 H / 2009 M



KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Perkembangan sejarah indonesia tidak terlepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan islam. Keberadaan kerajaan islam telah mewarnai sejarah Indonesia. Kerajaan-kerajaan islam sangat banyak memberikan penagaruh terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya.

Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 M dibawa oleh pedagang Arab, India dan Persia[1]. Awal keberadaan pedagang islam di nusantara, merupakan langkah awal dari berdirinya kerajaan Islam pertama di nusantara, samudra pasai.

Kerajaan islam yang pertama di nusantara tidak langsung berdiri begitu saja, tetapi memakan waktu yang sangat lama.

Dalam pembahasan makalah ini, kami tidak membahas semua kerajaan yang ada di Indonesia, tetapi hanya membahas beberapa kerajaan-kerajaan saja yang mungkin sangat berpengaruh dalam sejarah Indonesia.

  1. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam yang pertama. Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut pendapat Prof. A. Hasymy, berdasarkan naskah tua yang berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9. Perlak berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil, maka banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai, akhirnya Perlak mengalami kemunduran.[2]

Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra dan Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka.

Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar abad 13 oleh Nazimuddin Al Kamil, seorang laksamana laut Mesir. Pada Tahun 1283 Pasai dapat ditaklukannnya, kemudian mengangkat Marah Silu menjadi Raja Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (1285 - 1297).[3]

Kerajaan ini pada mulanya merupakan kelompok-kelompok kecil yang tinggal di pemukiman-pemukiman penduduk yang beragama hindu dan bhuda. Kelompok ini tidak hanya berpusat pada perdeganagan tetapi juga bergerak dalam mengemnagkan dan menyebarkan agama islam pada masyarakat setempat.

Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada masa pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 – 1326).

Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara India dan patihnya bergelar Amir.

Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas.

Sultan Malikushalih memeiliki dua oarng putra yang bernama Malikul Dhahir dan Malikul Mansyur. Setelah keduanya beranjak dewasa, Malikussaleh menyerahkan takhta kepada anak sulungnya Malikul Dhahir. Ia mendirikan kerajaan baru bernama Pasai. Ketika Malikussaleh mangkat, Malikul Dhahir menggabungkan kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai.

Dalam kisah perjalanannya ke Pasai, Ibnu Battutah menggambarkan Sultan Malikul Dhahir sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Dhahir tidak pernah bersikap jemawa. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu Battutah. Para tamunya dipersilakan duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia langsung duduk di tanah tanpa beralas apa-apa.

Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas.

  1. Kerajaan Demak

Demak pada masa sebelumnya sebagai suatu daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit.[4]

Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah.

Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.

Di atas reruntuhan kerajaan Majapahit, Jin Bun mendirikan Demak sebagai negara Islam pertama di Jawa, negara Islam ketiga di Nusantara dan yang keempat di Asia Tenggara. Setelah dikukuhkan sebagai raja Demak, Jin Bun mengambil nama Patah, sebuah kata yang berasal dari al-fath yang berarti kemenangan. Sebagai raja pertama Demak, Raden Patah menjadikan kota Demak sebagai ibu kota atau pusat administrasi kerajaan, serta menjadikan Semarang sebagai pelabuhan utama atau pusat kegiatan ekonomi. Jin Bun alias Raden Patah berkuasa di Demak pada 1478-1518.

Di kota pelabuhan Semarang, Raden Patah mengangkat adik tirinya, Kusen untuk menjadi penguasa utama sekaligus membangun kota tersebut agar menjadi bandar pelabuhan yang strategis. Untuk menjalankan tugasnya ini, Kusen meminta bantuan Gan Si Cang untuk menjadi kapten Cina di Semarang pada 1478. Kusen bersama Gan Si Cang memanfaatkan orang-orang Cina Semarang, yang tidak saja kuat dalam perdagangan, tapi juga memiliki keahlian dalam bidang pertukangan, untuk memproduksi banyak kapal. Kusen dan Gan Si Cang juga membuka kembali upaya pengergajian kayu serta galangan kapal yang sudah lama terbengkalai sejak masa Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang.[5]

Setelah Raden Patah wafat, ia digantikan oleh anaknya pati unus yang terkenal dengan Pangeran Sebrang Lor. Sebelumnya Pati Unus menjabat sebagai adipati di jepara.

Demak dibawah Pati Unus (1518-1521 ) adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kesultanan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.[6]

Masa pemerintahan Pati Unus hanya seumur jagung, + hanya 3 tahun. Penerusnya ialah sultan trenggono, seorang ulama besar dari pasai yang berhasil lolos dari pengepungan penjajahan Portugis. Sultan trenggono pada mulanya bernama Fatahillah, karena beliau di terima dengan baik dan menjadi imam bagi masyarakat trengganu. Sultan trenggono juga terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati, karena dikuburkan di daerah gunung jati, Jawa Tengah.

Pengangkatan Pati Unus sebagai pengganti Raden Patah tidak banyak dipersolkan, karena ia memang putra mahkota sulung. Masalah muncul tatkala Pati Unus tewas pada 1521 tanpa meninggalkan keturunan. Raden Kinkin adalah anak tertua kedua setelah Pati Unus, namun lahir dari istri ketiga. Sementara itu, Trenggana adalah anak yang lebih muda dari Raden Kinkin, tapi ia lahir dari istri pertama Raden Patah. Maka, terjadilah perebutan kekuasaan antara Trenggana dengan Raden Kinkin. Dalam konteks ini, Prawata (anak Trenggana) memainkan peran untuk mengangkat ayahnya ke tampuk kekuasaan dengan membunuh Raden Kinkin dari Jipang.

Tatkala Trenggana wafat pada 1546, Prawata memang naik tahta di Demak. Namun, Arya Panangsang dari Jipang (anaknya Raden Kinkin), yang memiliki dendam kepada Prawata atas kematian ayahnya sekaligus berambisi untuk menjadi sultan, tidak mau tinggal diam. Tatkala tentara Demak masih bergerak di wilayah Maluku untuk mengusir Portugis, Arya Panangsang membawa pasukannya bergerak untuk menyerang Demak. Dalam penyerangan ini, Prawata mati dan banyak orang-orang Tionghoa peranakan dibunuh secara kejam oleh pasukan dari Jipang. Sungguhpun Prawata berhasil dibunuh, Arya Panangsang tidak bisa secara mulus menjadi sultan karena mendapat halangan dari Jaka Tingkir dari Pajang.

Ketika Arya Panangsang berhasil membunuh Prawata, Jaka Tingkir bergerak untuk mencegah Arya Panangsang menjadi sultan. Ia membawa tentara Pajang, serta meminta bantuan Ki Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Panjawi, untuk menyerang Arya Panangsang dari Jipang. Di dalam pertempuran, Jaka Tingkir berhasil membunuh Arya Panangsang. Selanjutnya, Jaka Tingkir mendirikan kesultanan Pajang, sementara Ki Ageng Pamanahan dihadiahi tanah di daerah Mataram dan Ki Ageng Panjawi mendapat daerah Pati.

Demikian, berdirinya kesultanan Pajang untuk menggantikan kesultanan Demak telah mengakhiri sejarah kerajaan Islam pesisir. Sebab, Pajang terletak di pedalaman, jauh dari laut. Karenanya, peralihan ini juga menandai peralihan orientasi ekonomi Islam Jawa, dari ekonomi perniagaan ke pertanian. Selain itu, hal ini juga diikuti dengan peralihan paham keislaman, dari madzhab Hanafi ke madzhab Syiah ajaran Syeikh Siti Jenar. Inilah momen penting dalam sejarah Islam di Jawa di mana terjadi peralihan orientasi ekonomi, politik dan keagamaan. Tentu saja, akan sangat menarik dapat mengetahui sebab-sebab pergeseran orientasi tersebut. Hanya saja, sebelum mengelaborasi masalah ini, ada baiknya kita terlebih dahulu melihat peran orang-orang Tionghoa peranakan dalam penyebaran Islam di Jawa. Tionghoa peranakan yang berjasa besar dalam Islamisasi pulau Jawa ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan walisongo yang berarti sembilan wali atau wali sembilan.

  1. Kerajaan Mataram Baru

Berbeda dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Indonesia yang bersifat maritim, kerajaan Mataram bersifat agraris. Kerajaan yang beribu kota di pedalaman Jawa ini banyak mendapat pengaruh kebudayaan Jawa Hindu baik pada lingkungan keluarga raja maupun pada golongan rakyat jelata. Pemerintahan kerajaan ini ditandai dengan perebutan tahta dan perselisihan antar anggota keluarga yang sering dicampuri oleh Belanda.[7]

Kebijaksanaan politik pendahulunya sering tidak diteruskan oleh pengganti-penggantinya. Walaupun demikian, kerajaan Mataram merupakan pengembang kebudayaan Jawa yang berpusat di lingkungan keraton Mataram. Kebudayaan tersebut merupakan perpaduan antara kebudayaan Indonesia lama, Hindu-Budha, dan Islam.

Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang.

Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut.

Setelah pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono. Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan Mataram.[8]

Pada tahun 1588 Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati[9]. Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak kira-kira di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede. Sesudah Sutawijaya ( 1601 ) meninggal ( ia dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang artinya Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Setelah itu tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang.[10]

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung ( 1613-1645 ). Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Ia memindahkan lokasi kraton ke Kerta (Jw. "kertå", maka muncul sebutan pula "Mataram Kerta"). Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Tindakan-tindakan Sultan Agung sebagai raja Mataram!

  • Menundukkan daerah-daerah yang melepaskan diri untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
  • Mempersatukan daerah-daerah kekuasaannya melalui ikatan perkawinan.
  • Melakukan penyerangan terhadap VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629.
  • Memajukan ekonomi Mataram.
  • Memadukan unsur-unsur budaya Hindu, Budha dan Islam.[11]

Setelah wafat (1645), ia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I). Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Pleret (1647), tidak jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.

Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi "king in exile" hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Sebab-sebab kehancuran dari kerajaan Mataram[12]

· Tidak adanya raja-raja yang cakap seperti Sultan Agung.

· Banyaknya daerah-daerah yang melepaskan diri.

· Adanya campur tangan VOC terhadap pemerintahan Mataram.

· Adanya politik pemecah-belah VOC melalui perjanjian Gianti 1755 dan Salatiga 1757.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah).[13] Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.

PENUTUP

Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan beberapa point tentang keberadaan kerajaan di Indonesia yang bercorak islam ;

* Kerajaan islam yang pertama tumbuh dan berkembang di ialah samudra pasai.

* Pada umumnya, kerajaan islam tumbuh dan berkembang sebagai media dalam mengembangkan ajaran islam.

* Runtuhnya suatu kerajaan biasanya disebabkan oleh perang saudara.

* Kerajaan yang ada di jawa merupakan kerajaan yang lahir dari pemberontakan.

* Kerajaan islam yang pertama tumbuh di pulau jawa ialah kerajaan demak bintaro.

DAFTAR PUSTAKA

Cepot, Kopral. Samudra Pasai Negara Islam Pertama. Serbasejarah.wordpress.com.

Hasanuddin, Iqbal. 2008Kesultanan Demak dan Islamisasi Pulau Jawa ;tentang Peran Tiongha Peranakan. Jakarta ; iqbalhasanuddin.wordpress.com/2008/09/26/kesultanan-demak-dan-islamisasi-pulau-jawa-tentang-peran-tionghoa-peranakan.

Kak Riko. 2009. Kesultanan Mataram. Jakarta : Dongengkakrico.com

Kak Riko. 2009. Kesultanan Samudra Pasai. Jakarta : Dongengkakrico.com.

Soekmono. 1981. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Jogjakarta: kanisius.

Susiyanto. 2008. kesultanan demak pasca keruntuhan majapahit. susiyanto.wordpress.com/2008/04/17/kesultanan-demak-pasca-keruntuhan-majapahit/

Tim Buku Budaya. Demak, Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa. Bukubudaya.Wordpress.com.

Wikipedia.2007. Kesultanan Demak. Jakarta wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak.

Wikipedia.2009. Kesultanan mataram. Jakarta : wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram.

Zauni, A. 2007.Sejarah Perkembangan Kerajan Islam. Adeut.blogspot.com/2007/06/sejarah-perkembangan-kerajaan-islam.htm,



[1] Terdapat beberapa tori yang menyatakan kedatangan islam di nusantara, 1. Teori arab, yang menyatakan bahwa islam itu datang dari arab sejak pemerintahan khalifah Utsman bin Affan. 2 Teori gujarat, yang menyatakan bahwa islam itu datang dari gujarat sewaktu para pedagan gujarat berlayar ke nusantara pada abad ke-12 M. 3. teori persia, yang menyatakan bahwa islam datang dari persia yang dibawa oleh kaum syiah.

[2] A. ZAUNI. Sejarah Perkembangan Kerajan Islam. (adeut.blogspot.com/2007/06/sejarah-perkembangan-kerajaan-islam.htm, 2007 )

[3] Kak riko, Kesultanan Samudra Pasai, (Jakarta : Dongengkakrico.com 2009.)

[4] A. Zauni., Lok Cit.

[5]Iqbalhasanuddin. Kesultanan demak dan islamisasi pulau jawa ;tentang peran tiongha peranakan. ( Jakarta ; iqbalhasanuddin.wordpress.com/2008/09/26/kesultanan-demak-dan-islamisasi-pulau-jawa-tentang-peran-tionghoa-peranakan/, 2008.)

[6] Kesultanan Demak, ( Jakarta wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak. 2007)

[7] Kak riko, Kesultanan Mataram, (Jakarta : Dongengkakrico.com 2009.)

[8] A. Zauni., loc cit.

[9] Menurut sumber lain sutawijaya berhasil memberontak terhadap kekuasaan pajang dan mendirikan kerajaan mataram. Ibid.

[10] Wikipedia. Kesultanan mataram, ( Jakarta, wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram, 2009 )

[11] A. Zauni., lok cit.

[12] A. Zauni., lok cit.

[13] Wikipedia. Kesultanan mataram, lok cit.