Rabu, 11 Maret 2009

makalah kapitalisme dan marxisme

MAKALAH

SEJARAH DUNIA II

Tentang

KAPITALISME DAN MARXISME

Oleh

Mirza Erwan Kaflis 107.053

Desi Mila 107.049

Ratna Yuniza 107.074

Dosen Pembimbing

Abdul salam

Syafrilman

Herman

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI )

FAKULTAS ILMU BUDAYA ADAB

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

IMAM BONJOL PADANG

1429 H / 2008 M



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara histories, perkembangan kapitalis memerupakan bagian dari gerakan Individualisme. Gerakan ini menimbulkan dampak dalam bidang yang lain, seperti dalam bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan alam, dalam bidang keagamaan lahir gerakan reformasi ( Protestan ).

Kapitalisme merupakan system perekonomian yang dipakai oleh Dunia Barat pada saat ini. Sedangkan Idiologi Marxisme lahir karena kurang setujunya para buruh atau masyarakat biasa terhadap Idiologi Kapitalisme yang memihak para bangsawan atau pemilik modal. Idiologi ini banyak dipakai oleh Negara-negara komunis, seperti Rusia, China, Dan Korea.

Mengapa Idiologi Kapitalisme dipakai di Dunia Barat sedangkan Idiologi Marxisme dipakai di Negara-negara Komunis, tentu ada sejarahanya.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, ada beberapa rumusan masalah yang pemakalah seleksi, diantaranya ialah :

* Bagaimana sejarah lahirnya Idiologi Kapitalisme dan Marxisme

* Siapa tokoh yang menglahirkan Idiologi ini

* Bagaimana pemikiran dari Idiologi ini

C. Tujuan Makalah

Setiap karya sastra pasti memeiliki tujuan penulisan, tidak terkecuali makalah ini. Makalah ini kami buat bertujuan untuk :

* Menjelaskan tentang seluk beluk idiologi Kapitalisme

* Menjelaskan tentang seluk beluk idiologi Marxisme

BAB II

KAPITALISME

A. Pengertian

Kapitalisme adalah salah satu pola pandang manusia dalam segala kegiatan ekonominya. Perkembangannya tidak selalu bergerak ke arah positif seperti yang dibayangkan banyak orang, tetapi naik turun.[1]

Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas.

B. Sejarah lahirnya Faham Kapitalis

Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.

Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.

C. Adam Smith dan Idiologi Kapitalisme

Adam Smith lahir di kota Kirkaldy Skotlandia tahun 1732 M. Waktu remaj ia belajar di Universitas Oxford dan dari tahun 1751 sampai 1776, ia menjadi Profesor di Universitas Glasgow. [2]

Adam Smith adalah tokoh ekonomi kapitalis klasik yang menyerang Merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.

Menurut cara berpikir yang dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu – dan ini dapat berupa seseorang, sebuah perusahaan atau suatu bangsa – harus berjuang atau berperang hanya untuk kemajuan dan kepentingannya sendiri. Yang paling menentukan dalam peperangan ini adalah produksi. Para produsen yang paling unggul akan bertahan hidup, sedang yang lemah dan tidak mampu bersaing akan tersingkir dan mati. Inilah sistem yang sedang berlaku, dan seolah tidak ada kepedulian bahwa mereka yang tersingkirkan dalam perjuangan sengit ini, mereka yang terinjak-injak dan jatuh ke jurang kemiskinan adalah manusia. Sebaliknya yang justru dianggap lebih penting bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan barang-barang, yakni produk dari pertumbuhan ekonomi ini. Dengan sebab ini, mentalitas kapitalis tidak merasakan adanya tanggung jawab moral atau hati nurani atas orang-orang yang terinjak di bawah kaki mereka, dan yang harus hidup dengan berbagai kesulitan. Ini adalah Darwinisme yang diterapkan secara menyeluruh pada masyarakat di bidang ekonomi[3]

Dengan menyatakan perlunya mendorong kompetisi di berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan memaklumkan tidak perlunya memberikan kesempatan atau bantuan bagi masyarakat yang lemah di sektor apapun, baik kesehatan maupun ekonomi, para perumus Darwinisme Sosial terkemuka telah meletakkan dukungan “filosofis” dan “ilmiah” bagi kapitalisme. Misalnya, menurut Tille, sosok terkemuka yang mewakili mentalitas kapitalis-Darwinis, menyatakan bahwa adalah kesalahan besar untuk mencegah kemiskinan dengan memberikan bantuan atau pertolongan bagi “kelas-kelas yang tersingkirkan”, sebab ini berarti ikut campur dalam proses seleksi alam yang mendorong berlangsungnya evolusi.[4]

BAB III

MARXISME

A. Pengertian

Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham Kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.

Dalam dunia materialisme mengatakan, dunia adalah materi. Segala fenomena yang ada di dunia ini terbagi atas materi dalam mosi pergerakan, atau dapat dikatakan pula bahwa dunia ini exis diluar jangkauan persepsi manusia, bergerak secara bebas dan independen. Sedangkan kerangka pemikiran adalah sebuah refleksi atau pantulan dunia materi di dalam otak, dan teori yang menentang materialisme adalah Idealisme.

B. Sejarah Lahir dan Berkembang paham Marxisme

Sebelum Marx, sejarah ditafsirkan dengan berbagai cara yang mempunyai kekhasannya masing-masing. Kelompok Agama menafsirkan sejarah sebagai penyelenggaraan kehendak Ilahi dan menganggap perkembangan manusia hanya satu bagian dari renacan Allah untuk alam semesta. Kelompok Politik berpandangan bahwa Kaisar, raja membuat undang-undang dan para serdadu sebagai kekuatan yang menentukan dalam sejarah.

Carlycle berpendapat bahwa pemimpin yang membentuk peristiwa, tetapi tidak salah juga bahwa peristiwa yang membentuk pemimpin. Menurut Higel sebagai penyebab untuk tumbuhnya proses sejarah ialah kondisi social, ekonomi, teknologi, dan militer masyarakat.

Analisis Marx tentang masyarakat dinyatakan dalam penafsiran ekonominya atas sejarah. Marx tidak mengklaim bahwa hanya factor ekonomi yang menciptakan sejarah, tetapi menyatakan factor ini yang terpenting untuk membangun suprastruktur kebudayaan, perundang-undangan, dan pemerintahan yang diperkuat pula oleh berbagai idiologi politik, sosial, keagamaan, kesus-sastraan, serta seni sejalan.[5]

Di tahun 1848 marx, mengambil peran di Jerman dalam revolusi perancis yang mengharapkan pada revolusi sosial. Dalam bukunya "communist manifesto" dipresentasikan sebagai analisis sejarah yang mengarah pada pembebasan kasta (tingkatan) dalam sosial masyarakat (class struggle). Dalam teorinya historical materialism suatu metode yang mencatat pada perkembangan dan perubahan yang terjadi pada sejarah peradaban manusia sesuai dengan perkembangan material ekonomi.[6]


C. Karl Marx dan Idiologinya

Karl marx, sosok pemikir barat yang lahir pada tahun 1818 merupakan keturunan Yahudi penganut christianity akan tetapi pada akhirnya menganut paham atheis (tidak bertuhan), yang dikarenakan faktor keluarga dan pergolakan sosial yang terjadi pada masa itu.

Konsep awal yang paling mendasar menurut karl marx adalah segala perubahan yang terjadi dalam sosial masyarakat disebabkan oleh struktur ekonomi pada sosial masyarakat tersebut. Sebuah ekonomi yang unggul akan membentuk pada sebuah agama, philosophy, politik yang akan mewarnai seluruh sosial masyarakat. Sistem perekonomian hanya akan berjalan pada titik sejarah peradaban manusia.

Marx menentang adanya sistem class struggle yang telah menjamur di masyarakat, dia menginginkan terbentuknya classless society yang berarti bahwasanya masyarakat tidak harus saling bertentangan diantara tingkatan yang ada dalam masyarakat tersebut. Marx lebih fokus dan menekankan pada titik sebab terjadinya penderitaan masyarakat terhadap pembagian tingkatan dan kelas sosial (suffering of the devision of society), sedangkan untuk meminimalis tingkatan sosial dan mengeksploitasi antara manusia dengan manusia dibutuhkan sebuah pemikiran yang logis dan sistematis demi terwujudnya sebuah perubahan dalam sosial.

Gagasan dan pemikiran Marx yang paling utama, harus mampu memahami asal dasar dan alasan dalam sosial, mampu mengeleminasi serta dapat mengaplikasikannya pada ilmu pengetahuan untuk menyerukan classless society sebagai solusi dari class struggle yang ada dalam masyarakat. Selanjutnya pendapat Marx dalam teori materialisme kemanusiaan mengatakan, manusia harus produktif di dalam menjalani hidupnya, dapat dirumuskan; model produksi mempunyai dua aspek besar yaitu forces of production dan yang kedua relation of production.[7]

Forces of Production merupakan alat, tenaga kerja, kekuatan, tehnik dan tradisi yang digunakan manusia dalam proses berproduksi. Itu berarti, seberapa besar tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi sebuah produk atau tehnik dan tradisi apa yang digunakan dalam berproduksi, sehingga mampu bersaing diantara masing-masing individu dalam memproduksi barang yang berharga. Dan Relation of Production merupakan relasi antara manusia terhadap obyek dalam memasuki organisasi dunia produktifikasi kehidupan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kapitalisme adalah salah satu pola pandang manusia dalam segala kegiatan ekonominya. Perkembangannya tidak selalu bergerak ke arah positif seperti yang dibayangkan banyak orang, tetapi naik turun. Kritik keberadaan kapitlis sebagai suatu bentuk penindasan terhadap masyarakat kelas bawah adalah salah satu faktor yang menyebabkan aliran ini banyak dikritik. Akan tetapi, bukan hanya kritik saja yang mengancam kapitalisme, melainkan juga ideologi lain yang ingin melenyapkannya, seperti komunisme dan Islam.

Menurut pandangan Islam, terdapat beberapa kesalahan pemikiran dan konsep (false consciousness) yang tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan pemikiran islam secara umum. Tuhan, secara menyeluruh Marx tidak mengakui adanya Tuhan, sedangkan tuhan merupakan power dan berperan paling dominan dalam sistem perubahan ini. Segala perubahan yang terjadi di dunia ini telah tertulis oleh Allah tuhan semesta alam, sedangkan Marx mengatakan relation of production atau factor of productin membawa pada perubahan dalam sejarah dan peradaban manusia bukan yang lain.

Marx melupakan peran penting agama, bahkan menolaknya dan mengatakan agama adalah opium (candu masyarakat) yang menekan manusia, ini merupakan kesalahan terbesar dalam teorinya yang tidak dapat diterima secara rasional, ia mempresentasikan bahwa agama hanyalah sebagai alat penekan untuk menekan dan dan memaksa para buruh kelas bawah.sehingga menurut dia, tidak diperlukannya agama untuk mengubah sistem dalam classless society. Pada kenyataanya classless society ini tidak akan pernah terwujud dalam sejarah.

Dilain pihak ada satu aspek positif pemikiran Marx dalam filsafat, kita tidak dapat mengubah suatu struktur sosial tanpa adanya susunan ekonomi dalam sosial tersebut. Merupakan suatu kesuksesan besar yang petut dibanggakan karena filsafat Karl marx telah diterima oleh berbagai negara seperti Cina dan Rusia yang intinya bertujuan pada pembebasan sosial dari pertentangan antar kalangan dan tingkatan dalam sosial. Beberapa personality yang berbeda dapat diambil dari ideologi Karl marx kemudian diimplementasikan dalam negara, membawa pada perubahan yang nyata. Washalallahu ala Muhammad

B. Kritik dan Saran

Sebagai sebuah hasil karya manusia, Makalah ini pastilah tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan, baik yang sengaja maupun yang tidak di sengaja. Untuk itu kami pemakalah mengharapkan kritikan yang dapat membagun pemakalah supaya dapat membuat makalah yang lebih baik pada hari-hari berikutnya

Kami sebagai pemakalah menyarankan bagi pembaca, jangan hanya berhenti disini dalam membaca tulisan ini. Kami harapkan pembaca dapat mencari data yang lain yang berhubungan dengan Kapitalisme dan Marxisme.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Anisatum Mutik, Marxisme ( Karl Max ), Bandung : Anesa.blogspot.com, 11 Nov 2008, 2008.

Herman dan M. Ilham, Titik Balik Peradaban Eropa, Padang : IAIN-Pres, 2006.

Maramis, Hariadi, Titik Noda Kapitalisme, Bandung : Hati-ITB.blogspot.com, 31 Des 2008, 2008.

Senel, Alaeddin, Irk ve Irkcilik Dusuncesi (The Idea of Race and Racism), Ankara: Belem ve Sanat Yayinlari, 1993.

Yahya, Harun, Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi, Jakarta : Harunyahya.com, 11 Nov 2008, 2008.



[1] Harun Yahya, Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi, ( Jakarta : Harunyahya.com, 11 Nov 2008 ).

[2] Herman dan M. Ilham, Titik Balik Peradaban Eropa, ( Padang : IAIN-Pres, 2006 ), H. 93.

[3] Harun Yahya, Loc, Cit.

[4] Alaeddin Senel, Irk ve Irkcilik Dusuncesi (The Idea of Race and Racism), ( Ankara: Belem ve Sanat Yayinlari, 1993 ), hal. 61.

[5] Herman dan M. Ilham, Op, Cit. H. 108-109.

[6] Anisatum Mutik Handayani, Marxisme ( Karl Max ), ( Bandung : Anesa.blogspot.com, 11 Nov 2008 ).

[7] Ibid



Tidak ada komentar: